Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Ketika Saya Tidak Bersyukur

Gambar
"Kamu itu jauh lebih beruntung dibandingkan banyak orang di sekitarmu". Ucapan ini pastinya sering banget kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari. Baik dari Keluarga, Sahabat, orang-orang yang menyebut dirinya sebagai motivator, ataupun dari "seseorang" yang berada jauh di lubuk hati kita sendiri. Saya sering juga menemui orang-orang yang berhasil menerapkan ucapan tersebut untuk membuat dirinya bersyukur atas segala apapun yang dia dapatkan saat ini. Namun pertanyaannya, apakah mereka benar-benar merasa bersyukur? tanpa timbul suatu pertanyaan2 manusiawi lainnya? hanya mereka dan Tuhan yang tau pastinya. Dokumentasi : Istimewa Berbicara mengenai bersyukur, Saya teringat cerita seorang teman dahulu. Tuhan itu memberikan rizki dalam berbagai bentuk. Yang paling terlihat sih pastinya dalam hal materi ya, namun di luar itu terdapat berbagai jenis yang lainnya, seperti kesehatan, ketentraman jiwa, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk keluarga yang ber...

2017 : My Turning Point

Gambar
Ga terasa bentar lagi tahun 2017 sudah berlalu. Berbicara mengenai tahun 2017, tahun 2017 bisa dibilang rada complicated buat saya (ah, kata temen2 mungkin "apa yang ga complicated sih buat Aril?", hahaha) but seriously, it’s more complicated than the previous year honestly . Dan sebenarnya inilah yang saya cari. Mungkin. Doc : Istimewa Sebenarnya kisahnya berawal sejak akhir 2016. Waktu itu, Saya merasa 2016 bukan salah satu tahun yang menggembirakan buat saya. Bukan jelek sih, cm personally buat saya berjalan biasa saja. Tidak ada keputusan-keputusan yang berarti, tantangan yang mengasah adrenalin atau berasa berjalan dengan sia-sia.  Hidup berjalan mulus tanpa rintangan-rintangan yang berarti. Perpaduan bosan, merasa tidak berguna, dan jalan di tempat dalam apapun yang sedang saya lakukan saat itu. Buat sebagian besar orang, kondisi ini sebenarnya tidak ada masalah. Sebagian lagi berpikir, mungkin  ini saatnya untuk hidup dengan santai-santai saja. Tapi ...

The Person inside Us

Gambar
“We were born to love! We were born to love. We were not born to suffer. The 20th century that has been created by irresponsible adults is filled with conceit and deceit.  We were not born to suffer. There are times when we will meet people who are heartless and we will feel like hitting then from behind. But we were not born to hurt others. There are times when we will meet people who are heartless, and we will feel insecure or stifled. But we were not born to be hurt by others.  Sometimes, we create another person inside us. Perhaps that is just a way of escaping from pain and suffering. Perhaps we are only preparing ourselves to escape. Shutting ourselves in our home and running to another place, in order to talk to that other person, the friend inside us. That is why no one is ever alone. Everyone of us has a friends, the other person inside us. There are times when we think that friend is bad company, that he is cowardly and cruel. But in reality, it is diffe...

Sebuah Review - Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak

Gambar
Cerita Marlina ini sederhana, saking sederhananya malah bikin istimewa. Tentang seorang janda yang dirampok dan diperkosa. Ceritanya dikemas dalam 4 babak yakni Perampokan, Perjalanan, Pengakuan, dan Kelahiran seakan2 memberikan makna tentang bagaimana berjuang dalam menegakkan keadilan. Tontonan yang Segmented sih, ga semua orang bs menikmatinya, dikemas ala teatrikal gitu. Apalagi studio sebelah sedang ramai2nya mengeluarkan 6 jagoannya. Marlina, cm sendiri (oh mungkin dibantu sahabatnya, Novi) namun kekuatannya... begh! Jadi kalo males antri nonton 6 jagoan, boleh lah ke studio yg menayangkan ini. Ah jangan nunggu males lah, Segerakan nonton film ini dlu. 6 jagoan mah masih bs nunggu. Yang ini? Yang membuatnya lama di bioskop adalah kita. Sumpah, kalian ga bakal rugi. Film ini membawa pesan kekuatan kaum wanita. Ketika para pria terlihat gusar dan takut, justru para wanitanya yang kuat seperti baja. Acting Marsha Timothy juarak! Apalagi Novi yg cukup menarik perhatian. Egi F...

Posesif (Film Review)

Gambar
Ketika pertama kali mendengar tentang proyek film ini, terus terang saya amat sangat tertarik. Udah nebak sih jalan ceritanya bakal kyak gimana, apalagi ketika tahu kalo film ini di sutradari oleh Edwin, Salah satu sutradara yang filmnya selalu saya tunggu2. Selama ini kita yang tau dan pernah nonton film Edwin sebelumnya, pasti paham kalo ini film Pop/komersil pertama dia, dan pastinya akan sangat menantikan bakal jadi apa karyanya ini. Saking penasarannya, ketika novel yang berdasarkan skenario film ini terbit sekitar sebulan sebelum film release bikin saya langsung mampir ke Gramedia dan langsung baca di malam harinya. Seperti diduga sebelumnya, ceritanya tentang "Cinta Monyet" anak SMA gitu deh, plus bagaimana mereka mencari jati diri, mengejar mimpi dan ga afdol jg kalo ga dibumbui dengan persahabatan. Wait, ga cuma itu. Tapi juga tentang hubungan dengan keluarga yang dapat membentuk kepribadian setiap manusia yang ada di dalamnya. Bagian terakhir inilah yang me...

Tentang Menolak Tua (?)

So, gini... saya mau bikin review tapi sekaligus model confession gitu. Hahahaha. Sebelum kalian lanjut baca, ada beberapa warning yang ingin saya sampaikan di sini, yakni : 1. Dilarang nge-judge! 2. Dilarang ngakak! 3. What happened in blog stay in blog, or you can text me by private message. Intinya sih ga boleh nge judge. hahaha. Oke gini. Bisa dibilang saya ini rada idealis anaknya. Sangat idealis sih kalo kata beberapa orang. Misalnya atas film yang ditonton atau musik yang didengarkan. Ya intinya kalo ga suka ya ga suka gt. Kadang taste film dan musik yang saya nikmati pun rada beda jauh dengan yang biasa orang lain dengar. Tapi... hmmm... pada suatu waktu, ada turning point yang menyebabkan selera saya berubah dan bikin gedubrak banyak orang. Sering sih, tapi ga diketahui oleh banyak orang, kalo temen deket sih biasanya paham. Turning point ini menurut mereka biasanya disebut "waktu Aril sedang ALAY!" Wait, sebenarnya bukan masalah Alay sih, ye...

Review Ala2 Critical Eleven (movie)

Mengangkat film dr novel bestseller memang ga mudah, dan hanya sedikit film yang berhasil melakukan ini. Critical Eleven salah satunya. Bahkan beyond the novel itself!!! Hahaha. Novel critical eleven memang bukan favorit saya sebenernya, cuma nonton filmnya merupakan agenda yg ga boleh dilewatkan begitu saja. Cerita gedeannya sih ga ada beda sama novelnya. Ttg Ale dan Anya yg saling mencintai namun dihadapkan pada kondisi yg mengoyak kebahagiaan mereka. Ah kalian taulah ya ceritanya gimana. Sejak pengumuman castnya, mulai dr PU sampai pemeran pembantu memang cukup banyak membawa sentimen positif di sini. Pas udah nonton, tambah berdecakkagumlah saya. Chemistry Reza Rahadian dan Adinia Wirasti mah juarak. Cm entah kenapa sy selalu kebayang chemistry Reza dan Acha di testpack dlu. Seimbang sih, cm Asti kurang mampu bawain emosi sekuat Acha. Cm masih dimaafkan lah ya. Di deretan pendukung jg ga ada problem apapun. Pas aja semuanya. Cm sy agak amazed dgn Astrid Tiar, tambah cakep ...

Aku dan Dunia Paralelku

Terima kasih imajinasi Telah memberikan makna dalam setiap petisi Memberi secercah amunisi Untuk tetap beraksi Aku melanglang dalam dunia paralel Di mana anginpun dapat membawa berbagai jenis surel Memberikan berbagai kabar bahagia Bahwa kita semua masih bisa tertawa Di dalam dunia yang penuh dengan fatamorgana

Memberi Ruang Kepada Si Kanan

Gambar
Sepertinya Kiri lebih banyak mendapat panggungnya ya. Yah kalo dibandingkan dengan Kanan, sehingga dia hanya butuh jeda. Kanan sedang bahagia dan saat ini dia ingin menguasai dengan sementara. Menyusun berbagai kata-kata indah, atau memainkan musik-musik yang bersahaja. Terkadang hal yang kecilpun ingin memberikan bukti. Bukan hanya sekedar percikan kecil di sudut hati. Yang hadir ketika merasa tersakiti. Begitupun Si Kanan yang saat ini menginginkan panggungnya sendiri. Manusia memang terkadang ingin menyalurkan segala jenis gairahnya. Bahagia ataukah sedang sengsara. Enggan mendengar ego lain menghadang meskipun yah harus menerjang gelombang. Kadang.... Jadi berikanlah sedikit ruang berkarya pada si Kanan. Sehingga dia bisa membuktikan. Bahwa dia juga punya kemampuan. Tidak hanya basa basi formal. Namun juga sebuah pelajaran. Ya Kanan, Silahkan... Arillia P Kurniarsih

A little Notes on March

Gambar
Mari sedikit diniatkan kembali untuk mengisi blog ini... hahaha. Sebenarnya sudah dari beberapa hari yang lalu ingin menuliskan beberapa hal yang ada di otak. Cuma entah kenapa niat itu masih belum muncul. Padahal sebenarnya momennya pas banget, yakni saat perayaan ulang tahun saya tanggal 30 Maret kemarin. Seperti sebelumnya, kadang ulang tahun itu bukan momen paling membahagiakan sih buat Saya. Karena biasanya (atau bahkan seringnya) justru saat tersebut adalah saat di mana kita justru di ingatkan kembali tentang tujuan kita hidup selama ini, pencapaian apa yang sudah kita raih di bandingkan target atau hal-hal lain yang kadang mengganggu pada saat itu. Ya kali ini saya juga sih, apalagi saya menginjak umur yang (katanya) sakral, hahaha.  Rencana membuat birthday trip sebenarnya muncul sejak tahun lalu. Di bulan Maret 2016 saya menghabiskan lebih dari 2 minggu di Site di Kalimantan. Kebetulan pada saat itu saya lagi ada tugas yang harus mengunjungi 3 Site perusahaan di...

Menjadi Dewasa

Gambar
Bersyukur dengan kondisi yang kita dapatkan saat ini memang sedikit sulit. Dulu ketika saya masih sekolah, di bangku manapun itu... SD, SMP, ataupun SMA, saya selalu ingin keluar dari rumah. Keluar dari rumah ini maksudnya pengen sekolah yang jauhhh gt, jadi ga pusing dengan schedule-schedule yang ditetapkan oleh orang tua. Iya, orang tua saya termasuk orang tua yang sangat amat disiplin. Hampir ga ada kompromi atas peraturan-peraturan yang dibuat mereka untuk anak-anaknya. Setiap harinya sudah ditetapkan jadwal untuk bangun pagi, jadwal untuk tidur siang, jadwal untuk mengaji di guru yang sengaja dipanggil di rumah ataupun mengaji di pondok pesantren, les tambahan beberapa mata pelajaran, jadwal cuci piring dan menyapu rumah di sore hari, jadwal belajar, ataupun jam untuk tidur... Kata-kata Ibu saya waktu itu yang sering saya dengar adalah "Selama masih tinggal di sini, peraturan yang sudah ditetapkan harus dituruti. Tidak ada kompromi". Kondisi ini cukup membuat tertekan...