Tentang Menolak Tua (?)
So, gini... saya mau bikin review tapi sekaligus model confession gitu. Hahahaha.
Sebelum kalian lanjut baca, ada beberapa warning yang ingin saya sampaikan di sini, yakni :
1. Dilarang nge-judge!
2. Dilarang ngakak!
3. What happened in blog stay in blog, or you can text me by private message.
Intinya sih ga boleh nge judge. hahaha.
Oke gini.
Bisa dibilang saya ini rada idealis anaknya. Sangat idealis sih kalo kata beberapa orang. Misalnya atas film yang ditonton atau musik yang didengarkan. Ya intinya kalo ga suka ya ga suka gt. Kadang taste film dan musik yang saya nikmati pun rada beda jauh dengan yang biasa orang lain dengar. Tapi... hmmm... pada suatu waktu, ada turning point yang menyebabkan selera saya berubah dan bikin gedubrak banyak orang. Sering sih, tapi ga diketahui oleh banyak orang, kalo temen deket sih biasanya paham. Turning point ini menurut mereka biasanya disebut "waktu Aril sedang ALAY!"
Wait, sebenarnya bukan masalah Alay sih, yes.. saya menolak keras anggapan tadi. Udah lah terserah deh nyebutnya apa, tapi sekali lagi, please jangan nge-judge saya. hahaha.
Kembali ke masalah selera, ketika saya Kuliah dulu, ada temen yang surprise banget ketika saya ngasih tau bahwa saya akan ke Surabaya pulang pergi dari Malang hanya untuk nonton film Twilight. iya, film twilight yang ceritanya vampir2an ituh. Yang secara kualitas banyak dihina-hina pada jamannya. Waktu yang sama ketika saya menggemari trilogi Richard Linklater, Before Sunset, Before Sunrise, Before Midnight. Ada lagi moment di mana Teman saya kaget ketika saya mendengarkan berkali-kali lagu Bunga Citra Lestari yang berjudul Sunny di ruangan Lembaga Otonom (LO) Indikator FE Brawijaya di waktu yang sama ketika saya tergila-gila dengan Instrument Beethoven dan teman-temannya. Yang paling extreme sih momen ketika saya ogah banget diajak keluar kost atau menghindar ketika temen mau maen ke Kost di jam pukul 19.00 sd 20,00 karena yes, saya ngikutin Sinetron di RCTI yang judulnya Kemilau Cinta Kamila!
Di saat-saat ini, kejadian seperti di atas termasuk jarang terjadi sih. Anggap saja karena saya udah terlalu ribet mikirin kerjaan, jadi ya boro2 deh dengerin/nonton hal-hal yang di luar pakem saya tadi. Kalopun menyempatkan nonton, ya masih di jalur normal saya. Namun, hal ini rada berubah di hampir setengah tahun terakhir. Iya, mungkin saya kangen jadi Alay lagi.
Di mulai dari munculnya novel yang ditunggu-tunggu sejak lama. Novel Teenlit, trilogi Jingga yang dikarang oleh Esti Kinasih. Novel ini termasuk novel Teenlit dengan mengangkat cerita anak-anak berseragam putih abu-abu. Saya mengikuti novel ini dari lama sebenarnya sekitaran tahun 2010, namun untuk novel ketiganya baru muncul setelah bertahun-tahun yakni di Desember 2016 dan membuat adrenalin saya akan novel ini membuncah kembali. Hampir tiap hari dalam beberapa minggu novel ini ga pernah lepas dari tangan saya. Entah edisi 1, 2, atau novel ketiganya. Berkali-kali saya ulangi, entah sudah keberapa kalinya. Bisa dibilang seluruh alur di novel ini saya hapal. Saya sukak banget sama novel Esti Kinasih ini. Setelah fenomena novel ini, di beberapa bulan lalu release film "Ada Cinta di SMA" yang dibintangi oleh Coboy Junior. Dan entah mengapa, saya tonton. Dan surprisingly, i enjoyed that movie so much!. Nah ketika saya melakukan hal-hal yang diluar kebiasaan tadi, saya masih menikmati film, novel, dan musik yang masih berada di jalur saya. Mencoba menyatukan hal-hal yang saling bersebrangan namun sama-sama membuat bahagia. hahaha.
Nah, di 3 bulan terakhir ini, tepatnya sejak pertengahan Februari, saya mulai berulah lagi dengan dualisme ini. Dan perubahan ini seperti kembali sejak tahun-tahun kuliah dulu. Iya, saya mengikuti Sinetron kembali! SINETRON! hahaha. Judulnya Roman Picisan yang tayang di RCTI. Sinetron ini merupakan the series dari film Roman Picisan di tahun 1980 yang dibintangi oleh Rano Karno dan Lidya Kandow. Menceritakan tentang Roman, anak SMA yang cuek namun jago banget bikin puisi. Di sekolah Roman kedatangan murid baru yang bernama Wulandari dan Roman jatuh cinta sejak pandangan pertama. Namun atas nama gengsi dan kejadian-kejadian tertentu membuat kedua orang ini malah sering bermusuhan meskipun yah sebenarnya sama-sama suka juga. Hahaha. Cerita yang sederhana dan khas SMA ini cukup menarik perhatian saya. Bahkan saya ga pernah lepas dari Instagram demi update tentang intrik dan cerita Behind The Scene nya. Yes, kejadian Kemilau Cinta Kamila terulang kembali kali ini. Bahkan lebih berefek yang luar biasa. Kalo dulu di KCK saya cuma menolak ajakan keluar atau mengkosongkan waktu tertentu. Di Rompis ini saya bela-belain streaming di Kantor atau di jalan kalo ga keburu nyampe rumah ketika sinetronnya mulai tanyang. Karena iya, jam tayangnya ga bersahabat dengan saya. Tayang ketika masih berjibaku dengan kerjaan di kantor atau keabsurdan jalanan Jakarta. Yah ini bisa dibilang absurd sebenarnya, mengingat saat ini umur saya kan udah ga muda lagi (Argh jangan tanya berapa!!!), setidaknya dulu KCK aja ceritanya bukan tentang anak SMA sih dan umur saya kan juga jauh lebih muda. Lha ini, umur saya nambah tapi keranjingan nonton Sinetron tentang anak SMA. Ternyata selidik punya selidik, penulis skenario 2 sinetron ini adalah orang yang sama, Donna Rosamayna. dan yes, si Mbak Donna ini memang bagus sih bikin cerita. Ga lebay, pas, dan memberikan efek keabaperan yang luar biasa kepada penontonnya. Tanpa memungkiri Chemistry Vano-Andah di KCK atau Arbani-Adinda di Roman Picisan juga luar biasa.
Hubungan cerita di atas sama judul tulisan saya ini apa ya? hahaha. Terus terang saya sendiri pun juga ga ngerti sih. Cuma setelah di selidik dengan seksama bisa jadi sebenarnya manusia itu ada kalanya tidak ingin menjadi tua. Kadang kita cuma ga ingin dipusingkan dengan kegiatan sehari-hari yang sudah cukup membuat depresi. Inginnya kembali ke masa di mana fiksi berkreasi atau membiarkan kekonyolan diri berkembang biak tanpa terperi. Nah salah satu pelariannya ya sinetron macam begini. Btw saya bilang gini bukan berarti sinetron Rompis ini ga bagus ya... engga lah... Balik ke preambul nya, jadi Rompis ini juga bagus kok. Coba deh tonton episode awalnya dlu. Ceritanya ga lebay, puisi2 di dalamnya indah, chemistry pemainnya juara, dan permasalahan yang ada selesai dalam beberapa episode saja. Bagus kok. Dan semoga aja ke depannya masih bagus ya, ga ala sinetron Indonesia pada umumnya. Cuma yah.. yang bikin geli dan bertanya2 pada diri sendiri itu loh latarnya, yang tentang anak SMA... jadi kesannya "Seriusan? nonton Sinetron? ttg Anak SMA?" jawaban saya... "Biarin ajah!" hahaha.
*Ah tapi entahlah, bisa jadi di diri saya memang ada 2 kepribadian yang bertolak belakang kayak gini sih. hahaha. Entahlah... saya menikmatinya kok. Sekali lagi, jangan ngejudge saya :)
Okeh, besok senin, dan saya harus kembali ke realita.
Arillia Pitaloka Kurniarsih yang cuma ingin bercerita tentang ke-alay-an nya.
*Notes
Orang yang berkepribadian ganda biasanya ga nyadar, yeay! berarti saya masih normal :)
Komentar