Minimalism
"Having more and more won't solve the problem. And happiness doesn't lie in possesions or even relationships. The answer lies within ourselves. If we can't find peace and happiness there, it's not going to come from the outside".
Tenzin Palmo
Beberapa tahun terakhir, konsep minimalism ini lagi rame di bahas di mana-mana. Pemikiran ini pastinya agak bertentangan dengan apa yang kita kenal dulu, bahwa semakin banyak hal yang kita miliki, semakin bahagialah kita. Dari awal membaca artikel mengenai minimalism ini, Saya yakin 100% bahwa Saya ga akan mampu. Apalagi, buat orang-orang yang suka sekali menyimpan barang for the sake of "ada memori nya" seperti Saya. Membaca buku-buku atau artikel terkait hal ini bersamaan dengan kebanggaan menata koleksi buku di rumah pastinya merupakan hal yang ngebayanginnya aja bikin ketawa. Yakali Ril mikir Minimalism, ngasihin koleksi buku ke orang aja kagak ikhlas. hahahhaa. Tapi, beberapa hari terakhir Saya malah berfikir sebaliknya....
Hal ini dipicu dengan kunjungan Saya ke Jakarta minggu lalu. Hampir 2 tahun Saya meninggalkan Jakarta dan ga pernah ngunjungin Apartemen membuat di kunjungan kali ini Saya berusaha keras untuk di pas-pasin dengan period dimana tidak ada penyewa yang menghuni Apartemen Saya. Dan Alhamdulilah, mestakung. Empat malam di Jakarta, Saya bisa tinggal di Apartemen Saya sendiri. Masuk pertama, lega. Karena ternyata kondisi Apartemen bersih dan sekilas tidak ada perubahan berarti. Semakin menyelidik, Saya menemukan 3 hal yang mengusik. (1) Gorden di kamar utama tinggal 1, padahal seharusnya ada 2 yang diikat di sisi kanan dan kiri tiang. Selain itu tiang penyangga nya yang memang sempet ada informasi kalo sempat bermasalah, berubah. Perbaikan bersifat ala-ala saja. (2) Hambalan meja di sisi kanan Kasur di kamar utama sempat copot, sudah diinformasikan ke Saya juga sebenernya, namun ternyata pemasangannya kembali ini tidak sejajar dengan pemasangan awal. dan yang terakhir (3) Sofa di ruang depan. Seperti ada ketumpahan minuman berwarna, yang menimbulkan corak yang terkesan kotor. Kondisi di atas ya pastinya bikin kecewa. Namun Saya paham bahwa ini semua memang risiko ketika barang kita di sewakan ke pihak lain. Apalagi dalam range 2 tahun dan orang yang berbeda-beda. Ada kalanya memang related dengan umur barang, atau akibat pemakaian yang tidak seharusnya. Namun yah, as long as Saya dapat uang sewa, ya itulah yang harus Saya terima kan? Cuma ya tetap saja bikin kepikiran kan...
Kejadian kedua terkait mobil Saya, si Whitney. Sebelumnya, sekitar 1 bulan lalu, Whitney di poles konclong sekali lah. Lalu karena cuaca yang tiba-tiba menjadi extrem (perubahan panas ke dingin dan sebaliknya) serta Whitney di jam-jam diluar 07pm - 07am tidak terlindung dari atap membuat body nya ada efek hitam-hitam. Menurut orang di tempat cuci mobil, ini akibat terkena panas dingin dan berpapasan di jalan dengan mobil-mobil yang berukuran jauh lebih besar, sehingga noda-noda bekas ban dan percikan tanah menempel di body Whitney yang berwarna putih terang. Sekali lagi, ini adalah risiko memiliki mobil berwarna putih, Saya paham. Tapi entah kenapa kejadian Apartemen maupun Whitney ini membuat Saya teringat kembali dengan konsep minimalism tadi.
Pada akhirnya, kebahagiaan ini bukan berarti ketika kita memiliki banyak hal. Tapi ketika bisa fokus terkait hal-hal yang memang penting. Bukan berarti memiliki Apartemen atau mobil tidak penting, tapi as long as itu memang melekat di kita sih wajar saja. Selama hal-hal ini tadi memang esensial di hidup kita sih tidak masalah untuk di miliki dan dipertahankan. Jika kita memiliki banyak barang, maka kita semakin perlu meluangkan sebagian pikiran kita ke barang-barang tadi. Saya yang punya Apartemen 1 dan mobil 1 aja pusing ketika terjadi apa-apa. Apalagi misal kalo punya 10 gt? hahaha (yakali kaaan). Untuk baju sih sepertinya Saya sudah bisa lakukan ya, Saya jaraaang sekali beli baju saat ini. Baju yang disimpan pun tidak ada yang terakhir pakai lebih dari 6 bulan yang lalu. Namun untuk item-item koleksi, seperti Buku-buku, CD musik dan film, Die Cast F1, untuk melepaskannya masih berat sekali. Cuma, selama kita belom bisa melepaskan hal-hal yang bersifat necessary seperti ini, overthink terkait bagaimana nasib barang-barang tadi harus siap-siap kita hadapi kan?
Mojokerto, 22 Nov 2021
ArilPKurniarsih
Komentar