Menjadi Dewasa
Bersyukur dengan kondisi yang kita dapatkan saat ini memang sedikit sulit. Dulu ketika saya masih sekolah, di bangku manapun itu... SD, SMP, ataupun SMA, saya selalu ingin keluar dari rumah. Keluar dari rumah ini maksudnya pengen sekolah yang jauhhh gt, jadi ga pusing dengan schedule-schedule yang ditetapkan oleh orang tua. Iya, orang tua saya termasuk orang tua yang sangat amat disiplin. Hampir ga ada kompromi atas peraturan-peraturan yang dibuat mereka untuk anak-anaknya. Setiap harinya sudah ditetapkan jadwal untuk bangun pagi, jadwal untuk tidur siang, jadwal untuk mengaji di guru yang sengaja dipanggil di rumah ataupun mengaji di pondok pesantren, les tambahan beberapa mata pelajaran, jadwal cuci piring dan menyapu rumah di sore hari, jadwal belajar, ataupun jam untuk tidur... Kata-kata Ibu saya waktu itu yang sering saya dengar adalah "Selama masih tinggal di sini, peraturan yang sudah ditetapkan harus dituruti. Tidak ada kompromi". Kondisi ini cukup membuat tertekan sih pada waktu itu, hahaha. Yah, maklumlah Remaja. Seluruh apa yang ditetapkan orang tua pastinya pengen dilanggar, dan pengen menentukan jalan hidupnya sendiri.
Masa kuliah sebenarnya sesuai dengan apa yang saya cita-citakan. Benar-benar jauh dari Rumah, sehingga seenak hati bangun jam berapapun yang saya mau, mengatur keuangan sendiri, memutuskan kuliah atau bolos, atau hal-hal kecil lainnya. Yah, meskipun untuk beberapa hal masih harus di kompromikan dengan menggunakan derai air mata buaya sih. Dan ada beberapa hal yang tetap ga bisa dilanggar. Paling gampang sih misalnya adalah 4 tahun saya di Malang, saya masih belum pernah ke Bromo. hahaha, karena simple, ga pernah dibolehin kesana. Tahapan hidup dan keinginan semakin bertambah dan hal ini membuat saya tidak sabar untuk memasuki tahapan berikutnya. Jika bisa disebutkan, salah satu tokoh yang menginspirasi saya waktu itu adalah tokoh Monita yang diperankan oleh Wulan Guritno di film Nagabonar Jadi 2. Menurut saya, tokoh Monita ini pas dan ideal sekali. Dia punya kebebasan secara pikiran, kebebasan secara finansial, modern tanpa meninggalkan nilai-nilai idealisme yang dia pegang selama ini. Yap, tokoh wanita di kota metropolitan gt deh. Dan saya ga sabar untuk menjadi Monita yang lainnya. hehehe.
Menjadi dewasa itu menyenangkan ya, pikir saya. Saya bisa menentukan kemana saya melangkah, dan mengejar target berikutnya di dalam diri saya. Namun dewasa juga berarti bergerak dan berani melangkah, kadang berani melepaskan apa yang yang kita inginkan demi mendapatkan impian lain yang kita cita-citakan, menaggung risiko dari apa yang kita perbuat sendiri, menentukan kemana kita ingin melangkah, harus menjaga sikap, peduli dengan apa yang orang lain pikirkan dan lain sebagainya. Bukan lari dari kenyataan atau ke pelukan orang tua jika merasa gagal.
Entah 2016 yang lalu berjalan begitu cepat sehingga saya tidak menyadari bahwa tahun tersebut sudah berakhir dan digantikan dengan tahun baru tanpa melakukan apa-apa. Mungkin pada saat itu, saya mulai berpikir bahwa apa yang saya lihat sebelumnya itu tidak 100% benar. Saya masih linglung dan mulai berpikir bahwa menjadi dewasa itu mulai tidak menyenangkan. Dan hal yang ingin saya lakukan adalah kembali ke masa di mana schedule hidup saya ditentukan, pikiran saya di kendalikan, dan tangan kaki saya digerakkan oleh orang-orang yang pastinya menginginkan saya hidup bahagia nantinya, Orang Tua.
Iya, saya takut menjadi dewasa....
Jakarta, 23 Januari 2017
ArilPKurniarsih
Komentar