Ketika Saya Tidak Bersyukur
"Kamu itu jauh lebih beruntung dibandingkan banyak orang di sekitarmu". Ucapan ini pastinya sering banget kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari. Baik dari Keluarga, Sahabat, orang-orang yang menyebut dirinya sebagai motivator, ataupun dari "seseorang" yang berada jauh di lubuk hati kita sendiri. Saya sering juga menemui orang-orang yang berhasil menerapkan ucapan tersebut untuk membuat dirinya bersyukur atas segala apapun yang dia dapatkan saat ini. Namun pertanyaannya, apakah mereka benar-benar merasa bersyukur? tanpa timbul suatu pertanyaan2 manusiawi lainnya? hanya mereka dan Tuhan yang tau pastinya.
![]() |
Dokumentasi : Istimewa |
Berbicara mengenai bersyukur, Saya teringat cerita seorang teman dahulu. Tuhan itu memberikan rizki dalam berbagai bentuk. Yang paling terlihat sih pastinya dalam hal materi ya, namun di luar itu terdapat berbagai jenis yang lainnya, seperti kesehatan, ketentraman jiwa, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk keluarga yang berdampak langsung ke kita. Namun untuk jenis yang kedua inilah yang kita tidak dapat ukur dengan pasti. Maka untuk gampangnya, kadang kita cuma menerapkan rizki tersebut di golongan pertama saja, yakni materi. Namun ada pula orang-orang yang katanya percaya atas hal ini which is sebenarnya saya ga percaya 100%. Hehehe. Penjelasannya begini.
Segala hal yang terjadi di dunia ini pasti ada alasannya. Ketika hasil yang kita dapatkan tidak sesuai dengan harapan kita, buat Saya pribadi ada 2 alasannya. pertama adalah usaha yang kita lakukan belum optimal, misalnya score usaha kita di 7, ya yang kita dapatkan pastinya 7 dong. Atau karena alasan kedua, Tuhan memberikan cobaan kepada kita, untuk melihat sekuat apa kita dalam menghadapinya. Selisih dari usaha vs hasil ini untuk alasan kedua biasanya ditunda pemberiannya, periodenya bs tidak tentu, bs setaun ke depan, atau kapanpun itu. Yang jelas jika itu memang sudah menjadi hak kita, Tuhan pun pasti akan memberikannya. Sooner or later.
Percaya atas hal tersebut kadang ga mudah. Ada pergolakan batin di dalam jiwa. Menentukan berapa besar usaha yang kita lakukan saja kadang ga bs ditentukan dengan hukum matematika kan? Manusia kan selalu menjadi drama queen buat permasalahan yang sedang dihadapi. Selama ini kita merasa bahwa usaha kita telah 9, namun apa benar itu 9? belum lagi mengukur rizki yang tidak kasat mata tadi. perhitungannya bagaimana? yang seperti inilah menurut saya wajar jika kita sendiri mengalami kegelisahaan. Bukan masalah bersyukur atau tidak bersyukur. Namun pemikiran logika saja. Maka dari itu, orang-orang yang pasrah atau katakanlah percaya 100% atas teori yang saya sampaikan sebelumnya menurut saya hampir pasti tidak ada. Mau ga mau, pertentangan di hatinya pasti ada. itu wajar kok, dan sekali lagi, manusiawi. Ga perlu kecewa yang berlebihan ketika ada kegelisahan di jiwa. Bukan berarti kita tidak bersyukur, namun kita hanya sedang mempertanyakan dan memperhitungkan rumus usaha vs hasil yang telah kita lalui. Give yourself a heart. You're not that bad. Jadi yah, sewajarnya sajalah.
Arillia P Kurniarsih
01.38 AM
Komentar