Like & Share, Indonesian Super Powerful Movie

Film bertema coming of age adalah kegemaran Saya, mulai dari 'Lady Bird', 'Boyhood', 'The Perk of Being a Wallflower', 'Little Woman', 'Call Me by Your Name' adalah beberapa judul yang masuk ke dalam deretan coming of age movie favorit Saya sepanjang masa. Sedangkan untuk film Indonesia, deretan film yang masuk ke genre ini dengan kualitas dan penjabaran yang oke buat Saya bisa dihitung dengan jari. So far yang paling melekat adalah 'Posesif' di tahun 2017 yang mendobrak tatanan film bertema coming of age yang mengambil tema agak berat namun sangat dekat di lingkungan remaja. Di tahun ini, dengan melihat trailernya saja, penonton sudah bisa menebak, film ini membawa pesan yang sangat kuat dan layak untuk diapresiasi di tingkat yang lebih tinggi. Yep, film ini adalah 'Like & Share', film drama remaja produksi Starvision dan Wahana Kreator yang disutradarai oleh Gina S. Noer yang baru release 8 Desember 2022 ini.

Dokumentasi : Istimewa

Menempatkan Aurora Ribero dan Arawinda Kirana sebagai pemeran utamanya, film ini berfokus pada kehidupan Lisa dan Sarah yang penuh warna dan dipenuhi dengan rasa penasaran akan berbagai hal sembari menjalani mimpi mereka melalui chanel youtube yang mereka punya yang bertema ASMR. Berbeda dengan film Gina S. Noer sebelumnya seperti 'Dua Garis Biru' yang juga bergenre sama, film ini digarap dengan kesan sensual, beberapa adegan dan penggambaran sensual yang muncul di film ini cukup eksplisit sehingga tak salah jika label di film ini adalah 17+, meskipun ke depannya akan ada penyesuaian di 13+ ketika film mungkin di tayangkan di platform digital (dengan pemotongan beberapa adegan yang eksplisit pastinya).

Dari menit-menit pertama, film menyajikan bagaimana Lisa dan Sarah menjalani kehidupan layaknya remaja yang fun, namun dibalik hal itu, mereka adalah remaja yang memiliki problematika dan hubungan yang tidak baik-baik saja dengan orang-orang di sekitarnya seperti orang tua ataupun kakak kandungnya. Eksplorasi mereka di dunia sensualpun membuat salah satu dari mereka, Lisa, kecanduan pornografi. Dan orang tua yang seharusnya mendampingi justru menjadi sangat retensi, sehingga pencarian solusi tidak pernah menjadi titik temu di antara keduanya.

Di sisi lain, Sarah, mulai berekplorasi dan memiliki angan-angan atas hubungan yang indah, justru masuk ke dalam hubungan yang penuh dengan sexual abuse yang sebenarnya sudah banyak diangkat di film-film atau series remaja namun disajikan dengan lebih berani, ekplisit, colorful dan juga provocative.

Di departemen akting, di luar kontroversi yang melanda salah satu pemeran utamanya, deretan pemain mulai dari Aurora Ribero, Arawinda Kirana, Jerome Kurnia, Aulia Sarah serta Unique Pricillia, Kevin Julio sangat amat piawai memerankan perannya masing-masing. Chemistry yang kuat dan interaksi di masing-masing peran sangat amat pas. Sedangkan dari sisi sinematografi, transisi yang disajikan dan grading serta pemilihan scoring sangat amat memanjakan mata dan telinga. Hanya ada satu kejanggalan yang kurang tereksplore di sisi cerita yakni terkait background dari revenge porn yang terjadi yang menurut Saya kurang kuat di sini. Namun ini bersifat minor dan tidak terlalu berefek pada keunggulan-keunggulan lain di  film ini yang membuat film ini bagi Saya adalah salah satu film indonesia terbaik yang pernah Saya tonton.

Film ini pastinya merupakan film yang tidak boleh dilewatkan di bioskop. Namun pastinya diperlukan kesiapan mental dan pemikiran yang terbuka bagi penonton. Beberapa scene sangat amat memungkinkan menjadi pemicu trauma khususnya bagi penyintas kekerasan seksual. Saya yang (syukurnya dan semoga kedepannya) tidak pernah mengalami  kejadian seperti dua remaja ini saja cukup ke triggered. Dan jika Saya menonton sendiri di bioskop, bukan tidak mungkin untuk tidak menyelesaikan film ini, karena cerita sangat amat mengganggu di diri Saya. Jauh lebih berefek daripada film 'Posesif' milik Edwin di tahun 2017 lalu. Jadi bagi kalian yang penyintas, minta orang lain yang kalian percaya untuk mendampingi dan ga perlu memaksakan diri. Film ini pun membuat pertanyaan-pertanyaan seperti "Apakah benar korban tidak akan menang?" atau "Apakah benar-benar tidak harapan bagi mereka untuk bisa bangkit?" terus berputar di otak Saya. Namun dari film ini pula, Saya yakin orang tua bisa memilih sikap-sikap apa yang mereka perlu pilih dalam menghadapi anak perempuan yang baru dewasanya, tentunya dengan lebih wise dan terkesan tidak judging. Bukan pekerjaan gampang pastinya, tapi juga bukan pekerjaan yang tidak mungkin, kan?

Good story and good directing Mba Gina. Bravo!

Aril P Kurniarsih



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minimalism

2017 : My Turning Point

Komposisi Delapan Cinta - Kau Angin