Kontribusi atau Cuma “Busy”
“Memilih, berarti bertanggung jawab terhadap pilihannya”*
Kalimat tersebut kembali terngiang-ngiang di dalam
pikiran saya ketika saya membaca artikel lama yang saya dapat ketika training
leadership di kantor yang berjudul “Kontribusi atau Cuma Busy” yang ditulis
oleh Anthony Dio Martin. Mengapa? Karena hal tersebut mengingatkan saya ketika
saya semester III kuliah dulu. Masa di mana saya memilih, iya, memilih untuk
memproyeksikan diri saya untuk nantinya menyandang profesi Auditor khususnya
Internal Auditor di 3 tahun mendatang. Dan disinilah saya berdiri saat ini,
menjadi Auditor salah satu perusahaan (yang katanya) raksasa terbesar di
Indonesia.
Menjadi auditor di perusahaan sebesar perusahaan saya ini
pastinya sedikit banyak membawa kebanggaan, senantiasa “dianggap” lebih sukses
oleh sebagian besar kawan, pastinya dirasakan oleh tidak sedikit dari kita
semua. Namun terdapat hal yang tidak terlalu dipahami oleh kawan-kawan kita
tersebut. Bekerja di perusahaan sebesar ini juga membawa konsekuensi yang tidak
mudah. Waktu, pikiran, dan tenaga menjadi hal yang mungkin dikorbankan. Namun
menjadi pertanyaan berikutnya, apakah waktu, pikiran, dan tenaga tersebut
benar2 seimbang dengan apa yang kita hasilkan? Mari kita renungkan
bersama-sama.
Kadang kala, kita ditabrakkan dengan apa yang bernama
Target. Kita hidup dan bekerja pasti memiliki target, begitupun perusahaan
(atau atasan) kepada setiap bawahannya. Target ini yang nantinya dituangkan ke
dalam KPI (key performance indikator) yang nantinya dievaluasi selama periode
tertentu. Selama 1 tahun saya menjadi MT Audit dan hampir 5 tahun saya menjadi
Internal Audit, pastinya saya sudah berkali-kali merasakan evaluasi. Dari hal
itu pun kita sebenarnya dapat mengukur efisiensi dan efektifitas dari kinerja
kita. Namun terkadang fenomena itik tadi benar-benar tidak dapat diindahkan.
Komposisi bekerja secara fokus dengan asyik mengobrol bersama teman akan
terlihat rancu ketika kita tidak menyadari porsi serta bagaimana kita bekerja.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini :
1. Back
to your passion, mengingat bahwa
profesi ini yang telah kita pilih di masa lalu, untuk itu senantiasa
bertanggung jawab dengan pilihan kita tersebut yakni dengan melakukan segala
sesuatu dengan baik dan benar dan tentunya efektif dan efisien; dan
2. More
than just a good thing, menjadi
“good” itu adalah sebuah pencapaian. Namun bukan
berarti kita tidak dapat melakukan yang lebih baik dari sekedar “good” tadi kan?
Setelah hal tersebut, pertanyaan selanjutnya adalah,
berani berubahkah kita untuk menjadi pribadi yang lebih fokus dan bertanggung
jawab dalam memperbaiki apa yang sudah kita pilih?
Note : * Quote from Pandji Pragiwaksono
Komentar