Hyperballad
Ada kali 10 menit saya diem mandengin ini layar komputer... ga tau mau nulis apa. hehehe.
dan memang, kemampuan menulis saya menurun drastis beberapa tahun ini, jadi untuk memulai menulis saja kudu mikir lamaaaa banget.
Anyway, kita mulai saja deh. Ga usah protes ttg mekanisme penulisan saya, atau bahasa saya yang mungkin kurang dapat dipahami, dinikmati saja :)
Masih dalam rangka lebaran (secara sekarang masih H+3) tulisan kali ini di ilhami oleh, Handphone yang masih dihebohkan dengan chat temen2 SMA di whatsapp yang sedang reuni di dunia maya dan broadcast message lebaran di bbm serta satu kejadian yang rada mengganggu di rumah tadi pagi (sedikit curhat ceritanya :p).
![]() |
Life |
Umur saya sudah menginjak 26 tahun saat ini, masih lajang (#eaaaa), dan iya, kadang kepengen merasakan kehidupan yang berbeda (merid maksudnya), namun juga masih takut untuk berkomitmen, takut untuk percaya sama orang lain, dan takut mengecewakan diri saya sendiri atau keluarga. Alasan basi nya sih gt ya... kalo alasan tidak basi nya, ya belum ketemu saja yang cocok di saya atau saya juga belum ketemu orang yang bener2 sudah cocok sama saya. that's it!
Cuma jawaban di atas jadinya ga bs diutarakan sesimpel itu pastinya. Apalagi ke orang2 yang entah apa tujuannya menanyakan kalimat sakti "Kapan menikah?" di momen2 apapun apalagi momen idul fitri. Ada yang menanyakan karena memang penasaran pengen tahu, ada yang menanyakan karena menyindir mungkin (kenapa mungkin, ya emang mungkin sih, karena menyidir tadi bs jd cuma perasaan saya saja), dan tidak sedikit yang menanyakan karena proses basa basi (karena ga tau kudu nanya apa lagi ke saya, selain pertanyaan "kapan datang?" atau "kapan balik ke Jakarta?").
Ngomong soal umur, saya jadi ingin share ttg tulisan dari buku The Time Keeper tentang waktu :
"Burung-burung tidak terlambat, anjing pun tidak perlu melihat jam tangan. Rusa juga tidak ribut-ribut tentang hari ulang tahun yang telah lewat. Hanya manusia yang mengukur waktu. Hanya manusia yang menghitung jam. Itulah sebabnya hanya manusia yang mengalami ketakutan terhebat yang tidak dirasakan makhluk hidup lainnya..... Takut kehabisan waktu"
Berbicara mengenai menikah di awal tulisan ini, kita juga ga bs melepaskan pembicaraan mengenai lahir, menjalani kehidupan itu sendiri, serta mati. Seakan2 kita sebagai manusia selalu mengukur waktu yang kita punya (di mana kitapun juga ga paham sih berapa waktu yang kita punya) untuk menjalani kehidupan sebagai manusia yang normal di muka bumi ini. Kita juga dikejar oleh waktu untuk membuktikan ukuran-ukuran hidup sebagai manusia normal yang juga dibuat oleh manusia itu sendiri. kita seperti HARUS bisa membuktikan ke semua orang bahwa di umur sekian kita kudu bs apa, umur sekian harus menghasilkan apa, dan umur sekian kita harus menuju tahap hidup apa.
Manusia itu tidak akan bisa lepas dari pertanyaan-pertanyaan wajib kehidupan.
1. Kapan kamu bisa jalan?
2. Kapan bisa makan/mandi sendiri?
3. Kapan bisa membaca/menulis?
4. Kapan bisa rangking 1?
5. Kapan bisa jd dokter/auditor? (yang kedua ini jarang sih dikatakan, cm karena saya auditor kok kayaknya nista aja ga sebut profesi sendiri :p)
6. Kapan lulus?
7. Kapan bs cari uang sendiri?
8. Kapan bs beli rumah/mobil?
9. Kapan menikah?
10. Kapan punya anak?
Namun tidak ada yang berani bertanya.... Kapan mati?
Hidup itu sawang sinawang, kalo kata temen saya yang sedang berada di Korea :) hehe. Ketika kita menilai kehidupan apa atau peran apa yang sedang kita jalankan, terkadang kita merasa bahwa kita sudah sukses atau kita belum berhasil. Ah, namun rumput tetangga kan memang selalu lebih hijau, ketika kita mulai mencoba membandingkan, ya pasti selalu merasa kurang dsb. sekali lagi ya, menjadi manusia itu kok ya sulit ya? saya ingin menjadi burung... di mana dia bisa bebas menentukan kapan waktu yang tepat untuk membali ke sarang, mencari makanan apapun yang ia suka, tidak dipaksa untuk bekerja, tidak dipaksa untuk sekolah, tidak dituntut orang tuanya untuk menjadi rajanya burung, tidak merasa lebih jelek/lebih cantik dari burung yang lain, ataupun, tidak susah untuk berpikir tentang hidupnya...
Ada satu lagu yang sangat mengusik saya beberapa bulan terakhir, Hyperballad dari Bjork
we live on a mountain
right at the top
there's a beautiful view
from the top of the mountain
every morning i walk towards the edge
and throw little things off
like:
car-parts, bottles and cutlery
or whatever i find lying around
it's become a habit
a way
to start the day
i go through this
before you wake up
so i can feel happier
to be safe up here with you
it's real early morning
no-one is awake
i'm back at my cliff
still throwing things off
i listen to the sounds they make
on their way down
i follow with my eyes 'til they crash
imagine what my body would sound like
slamming against those rocks
and when it lands
will my eyes
be closed or open?
i'll go through all this
before you wake up
so i can feel happier
to be safe up here with you
right at the top
there's a beautiful view
from the top of the mountain
every morning i walk towards the edge
and throw little things off
like:
car-parts, bottles and cutlery
or whatever i find lying around
it's become a habit
a way
to start the day
i go through this
before you wake up
so i can feel happier
to be safe up here with you
it's real early morning
no-one is awake
i'm back at my cliff
still throwing things off
i listen to the sounds they make
on their way down
i follow with my eyes 'til they crash
imagine what my body would sound like
slamming against those rocks
and when it lands
will my eyes
be closed or open?
i'll go through all this
before you wake up
so i can feel happier
to be safe up here with you
Ada yang mengartikan, lagu ini tentang bunuh diri? (ewwww, serem abiss), ada pula yang mengartikan lagu ini tentang orang yang harus berjuang gila2an untuk dapat bersama dengan orang yang dia cintai. Gak salah sih semua yang mengartikan lagu ini, setiap orang boleh saja memiliki persepsi masing2. Persepsi saya atas lagu ini menjawab tentang apa yang saya kemukakan di atas.
Kita hidup sebagai manusia, pasti memiliki tujuan. Bukan hanya menjadi dokter cantik dengan kehidupan yang diatas layak yang ditemani dengan keluarga yang saling menyayangi satu sama lain serta anak2 yang cantik/cakep yang berprestasi tinggi yang nantinya juga akan menjadi dokter yang sukses. Gak cuma itu... saya yakin... Namun ada tujuan besar lain (yang saya juga belum paham apa itu) di mana kita punya tahapan khusus untuk menjalaninya, bs jd kita bersusah-susah terlebih dahulu (mendaki gunung2 yang tinggi), mengeluarkan semua uneg-uneg (dengan melemparkan car parts, bottle, atau cultery), atau bahkan melemparkan diri kita sendiri dari titik yang paling tinggi sampai akhirnya menerjang bebatuan? semua itu agar kita merasa bahagia, dan aman bersama YOU. Tuhan.
Yah, itu kan persepsi saya, belum tentu maksud penciptanya jg seperti itu kan? mari kita tanya saja sama Bjork, hehehe. anyway, anday ya untuk berbahagia bersama Tuhan kita tidak perlu menjadi makhluk yang bernama... Manusia.
Jember, Di malam setelah insiden mengenai hakikat manusia tadi pagi.
ArilPKurniarsih.
Komentar